Saturday, June 21, 2008
MUKJIZAT RASUL SAW

Allah Swt telah mengaruniakan pada Nabi Muhammad Saw berupa ayat suci Al-Qur’an sebagai mu’jizat dan merupakan bukti dari kebenaran diutusnya Rasulullah Saw sehinggga para manusia dapat mempercayainya. Al-Qur‘an diturunkan oleh Allah Swt sebagai pelajaran dan pedoman bagi manusia yang meyaqininya, di dalamnya terdapat kabar orang-orang terdahulu, dan umat yang akan datang, dan juga terdapat uraian tentang hal-hal yang ghoib seperti surga, neraka dan beberapa mahluk lain seperti Malaikat, jin, syetan dan lainnya. Allah Swt berfirman yang artinya, “Katakanlah, jika dikumpulkan jin dan manusia, untuk mendatangkan sesuatu yang sama dengan Al Qur’an, maka mereka tiada bisa menyamainya walaupun sebagian saling melengkapi yang lainnya.” Al-Qur’an adalah mu’jizat yang paling utama, tetapi masih banyak sekali mu’jizat yang lain untuk menunjukkan bahwa Rasulullah Saw adalah manusia yang istimewa, di antaranya adalah do’a beliau sangatlah mustajab. Dikisahkan dalam Shoheh Bukhori Muslim, “Suatu ketika Rasulullah Saw berada di atas mimbar Jum’at, ketika itu berdiri seorang ‘Arobiy dan ia berkata, ‘Yaa Rosulallah, telah rusak harta benda dan banyak umat yang kelaparan, maka minta tolonglah pada Allah yaa Rasulullah.’ Lalu Nabi Muhammad Saw mengangkat kedua tangannya keatas berdo’a memohon pada Allah ta’ala, seketika itu datanglah gumpalan awan yang tebal dan tak lama hujanpun turun dengan lebatnya.” Dalam riwayat lain dikisahkan, “Suatu ketika Rasulullah Saw hendak melakukan sholat berjama’ah bersama para sahabat, namun ketika itu tidak ditemukan air untuk berwudlu. Ketika itu seorang sahabat datang dengan membawa mangkuk berisi air untuk wudlu Rasulullah Saw. Setelah Rasululah Saw selesai berwudlu, beliau mengangkat mangkuk tersebut dan seketika itu keluarlah sumber air dari sela sela jari beliau, lalu para sahabat bergantian berwudlu dengan air yang keluar dari sela-sela jari Nabi Muhammad Saw. Dan menurut riwayat jumlah sahabat yang ikut wudlu waktu itu berjumlah 300 orang. Ali bin Abi Tholib kwj bercerita, “Suatu ketika aku berjalan bersama Rasulullah Saw keluar kota Makkah dan di tengah perjalanan kami melewati gunung dan suatu keajaiban gunung tersebut mengucapkan salam pada Rasulullah Saw, ‘Assalamu’alaika Yaa Rosulallah.’ Setelah itu kami bertemu dengan seorang ‘Arobiy dan ia berkata, ‘Yaa Rosulallah, kami mempunyai beberapa unta yang merepotkan dan mengancam kami di kandangnya.’ Lalu kami bersama Rasulullah Saw pergi menemui unta tersebut, beliau berkata, ‘Wahai unta, kemarilah!’ Lalu unta tersebut berjalan mendekati beliau sambil menunduk dan aku berkata, ‘Yaa Rosulallah, sepertinya unta tersebut mengetahui bahwa paduka adalah seorang Nabi.’ Beliau menjawab, ‘Ya.’
almihrab.com
posted by ikoen @ 8:42 AM   0 comments
Kisah Nabi Luth AS
Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum. Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat SadumMasyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mrk. Pencurian dan perampasan harta milik menrupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sadum. Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oelh mrk. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula. Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mrk tidak meredhai amal perbuatan mrk yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam. Nabi Luth berseru kepada mrk agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis iaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mrk lakukan di antara sesama mrk dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mrk sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya. Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agak mrk beriman dan percaya kepada Allah menyembah-Nya melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah berakar sgt di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis. Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta mensia-siakan masa. Ubat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka dari atas bumi sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mrk juga untuk menjadi ibrah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak. Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mrk adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali sedar mendebgarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Saum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab. Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mrk hendak memasuki kota, mrk berselisih dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mrk diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditngglkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya. Si ayah iaitu Nabi Luth sendiri mendengar lapuran puterinya menjadi binggung jawapan apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu. Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth bahwa ia akan menerima mrk sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mrk bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing. Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahsiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks. Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, berdatanglah mereka ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mrk dan berseru agar mrk kembali ke rumah masing-masing dan jgn menggunggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan .Mrk diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah menciptkan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mrk dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mrk dilanda azab dan seksaan Allah. Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth dihiraukan dan dipedulikan ,mrk bahkan mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya: " Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fizikal yang dapat menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mrk yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu-tamuku dirumahku sendiri. Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitinya, bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor. Kepad Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu menindakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mrk dan tidak dapat melihat sesuatu. mrk mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta. Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau bilau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersam keluarganya, karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang. Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya.Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tergamak meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan menragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya .Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang. Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-QuranKisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah "Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 , surah "Al-Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah "At-Tahrim" ayat 10 yang mengisahkan isteri Nabi Luth yang mengkhianati suaminya.

almihrab.com
posted by ikoen @ 8:42 AM   0 comments
NABI AYYUB & IBLIS SANG PENGGODA
Salah satu Malaikat berkata kepada kawan-kawannya yang sedang berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah yang lebih baik selain Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan Allah kepadanya, ia sisihkan sebagian untuk menolong orang-orang yang memerlukan. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepadanya”. Para Malaikat yang mendengar pujian dan sanjungan untuk Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan kebaikan yang lain pada diri Ayyub. Percakapan para Malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Hati Iblis membara karena jengkel mendengar pujian yang ditujukan untuk keturunan Adam, yang ia telah bersumpah akan menyesatkannya ketika ia dikeluarkan dari syurga karenanya. Ia tidak rela melihat seorangpun dari anak cucu Adam menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal sholeh sesuai dengan perintah Allah. Pergilah Iblis mendatangi Ayyub untuk menyaksikan sendiri sampai sejauh mana kebenaran pujian para Malaikat itu. Ternyata memang benar, Ayyub patut mendapat segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar dan hidup rukun, damai dan berbakti. Ia melihat Ayyub tidak silau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawi. Siang dan malam ia senantiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan sholat, sujud dan tasyakur kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama Allah dengan bertasbih dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah. Yang lapar diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah ditegur. Iblis gagal dalam usahanya membujuk Ayyub. Telinga Ayyub tertutup terhadap segala bisikan dan fitnahan dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan takwa tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis. Cinta dan taatnya kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan Iblis dengan peluru kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya tidak menggoyahkan pendirian Ayyub. Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia berputus asa dari kegagalannya membujuk Ayyub secara langsung. Ia pergi menghadap kepada Allah untuk menghasut. Iblis berkata : "Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian seikhlas dan setulus hati karena cinta dan taat pada-Mu. Ia melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang sholeh tekun beribadah kepada-Mu hanya karena takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau karuniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian, Engkau akan mencabut segala nikmat yang telah ia perolehnya berupa puluhan ribu hewan ternak, beribu-ribu hektar tanah ladang, berpuluh-puluh hamba sahaya serta keluarga dan keturunan yang sholeh. Tidakkah semua itu patut disyukuri agar tidak terlepas dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu, Ayyub masih mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu, dengan ibadah dan amal-amal sholehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki, niscaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah kepada-Mu”. Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku”. Iman dan takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya telah menguasai seluruh jiwa raganya, tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang karena musibah apa pun yang akan melanda dalam diri dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut darinya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang benar, lurus dan tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencoba menggodanya serta memalingkannya dari-Ku. Kerahkanlah para pembantumu menggoda Ayyub melalui harta kekayaan dan keluarganya. Coba binasakanlah harta kekayaan dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu, dan lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan hamba-Ku itu”. Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan sebagai pembantunya, diberitahukan bahwa ia telah mendapat izin dari Tuhan, untuk menghancurkan Ayyub, merusak aqidah serta memalingkannya dari Tuhan yang ia sembah dengan sepenuh hati dan keyakinan. Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya, sehingga ia menjadi seorang yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada pembantunya itu agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub sebaik-baiknya dengan segala daya dan siasat apa saja yang mereka miliki. Dengan berbagai cara, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu menghancur luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan hewan ternaknya yang bergelimpangan, mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang dan kebun, tanamannya rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki apapun selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar. Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub, datanglah Iblis kepadanya menyerupai orang tua yang tampak bijaksana dan berpengalaman dan berkata : "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu sangat dahsyat sekali, sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih sedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekejap mata kehilangan semua harta miliknya. Sementara salah seorang dari mereka berkata,”Bahwa mungkin karena Ayyub tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata bahwa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, niscaya Dia dapat menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat ia telah menggunakan seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya. Seorang yang lain menggunjing dengan mengatakan bahwa mungkin amal ibadah Ayyub tidak diterima oleh Tuhan, karena ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang kejadian yang sangat menyedihkan itu. “Akupun menaruh simpati kepadamu, hai Ayyub dan turut bersedih hati dan berduka cita atas nasib buruk yang telah engkau alami”. Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu mengakhiri hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau penyesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya, "Ketahuilah bahwa apa yang telah kumiliki berupa harta benda, tanah ladang dan hewan ternak serta yang lain, semuanya itu adalah barang titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup menikmatinya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur dan puji bagi Allah yang telah memberikan karunia-Nya kepadaku dan mencabutnya kembali dari siapa yang Dia kehendaki. Selesai mengucapkan jawaban kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas segala dosanya. Iblis segera meninggalkan Ayyub dengan rasa kecewa karena hasutannya tidak termakan oleh Ayyub. Akan tetapi, Iblis tidak pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan Malaikat-Nya, dan ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan untuk melanjutkan gangguan kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang hidup rukun, damai dan saling cinta mencintai. Iblis datang lagi menghadap Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencoba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan : "Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikitpun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah kehilangan semua kekayaan dan kembali hidup miskin karena ia masih mempunyai putera-putera yang cakap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidup di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencoba kesabaran dan keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarga dan putera-puteranya yang sangat ia sayangi dan cintai itu”. Allah mengabulkan permintaan Iblis itu dan berfirman : "Aku mengizinkan engkau mencoba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahwa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku”. Iblis lalu pergi bersama pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian Iblis pergi menemui Ayyub dengan menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya : "Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di bawah reruntuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi ? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal sholeh, sujud dan rukukmu siang dan malam”. Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap: "Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut”. Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat. Dengan rasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri karena telah gagal untuk kedua kalinya dalam menghasut Ayyub. Iblis pergi menghadap Tuhan dan berkata : "Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah reruntuhan gedung yang telah kami hancurkan, namun ia masih tetap dalam keadaan seperti semula. Ia hanya menangis tersedu-sedu, namun iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyahkan sama sekali. Izinkan aku mencobanya dengan mengganggu kesehatan badannya, karena jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, niscaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya”. Allah tetap menantang Iblis bahwa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimanapun besarnya musibah yang ditimpakan. Karena Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis : "Bolehlah engkau mencoba lagi usahamu mengganggu kesehatan badan dan kekuatan fisik Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu hamba pilihan-Ku ini”. Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil yang ditaburkan itu segera mengganyang kesehatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai penyakit, demam, batuk dan lain-lain. Sehingga menyebabkan badan Ayyub makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik. Hingga akhirnya Ayyub dijauhi oleh orang-orang sekampung dan juga kawan dekatnya, karena penyakit Ayyub dapat menular dengan cepatnya kepada orang-orang yang menyentuh atau mendekatinya. Ia menjadi terasing dari pergaulan masyarakat, hanya isterinya yang tetap mendampingi dan merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluan tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal di hati melihat penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu. Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah, tetapi tidak meninggalkan adat kebiasaannya seperti ibadah dan zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak mengaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis kehabisan akal, tidak tahu usaha apa lagi yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya merusak aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta pertimbangan dari kawan-kawannya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasaran. Mereka bertanya kepadanya : "Di manakah kepandaian dan tipu dayamu yang ampuh serta kelicinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia ?" Seorang pembantu lain berkata : "Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sehingga tujuanmu itu sampai berhasil ?" "Dengan membujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia”. "Benar dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya tinggal itulah satu-satunya jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan maksudku selama ini”. Dengan rencana baru pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki yang dekat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub : "Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu saat ini ?" Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu, tamunya : "Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup tidak”. Ucapan isteri Ayyu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa kali ini ia akan berhasil. Maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat, bahagia dan makmur dan dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenang masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian puteranya, dan yang terakhir diikuti oleh penyakit suaminya yang parah dan sangat menjemukan itu. Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat tiada kerabat, tiada handai taulan, semua menjauhi mereka karena khawatir kejangkitan penyakit kulit yang menular dan menjijikkan itu. Seraya menarik nafas panjang, datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita dan berbisik kepadanya : "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaan, putera-putera, sahabat terdekatmu ? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kita, usia muda, badan sehat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu ? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berkepanjangan ini”. Berkata Ayyub menjawab keluhan isterinya : "Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kita menikmati hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu ?" "Delapan puluh tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kita hidup dalam penderitaan ini ?" tanya Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si isteri. "Aku malu", Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah membebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang telah aku alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah karuniakan kepada kita. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu untuk menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakit dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya”. Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah berfirman kepadanya : "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancar dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakan untuk minum dan mandi”. Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali tampak lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum menderita. Selain itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, karena bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya mengembalikan kesehatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya. Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaan di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya terombang-ambing oleh dua perasaan, ia merasa berkewajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan berbakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu”. Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbol kesabaran. Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga kepadanya dikaruniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang telah dialami. Demikianlah rahmat Tuhan dan karunia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah. Kisah Ayyub di atas dapat dibaca dalam Al-Quran surah Shaad ayat 41 hingga ayat 44 dan surah Al-Anbiaa' ayat 83 dan 84. (BQ/Al Mihrab)
posted by ikoen @ 8:41 AM   0 comments
DETIK-DETIK KELAHIRAN RASULULLAH S.A.W.
Dalam tidurnya disuatu malam, Abdul Muthalib bermimpi matahari telah terbit, lalu ia terjaga dari tidurnya, dan mendapati dirinya di pertengahan malam, keheningan yang luar biasa menyelimuti gurun yang terbentang. Ia menuju pintu rumah, lalu menyaksikan bintang-bintang bersinar di langit, dan dunia tampak di selimuti gelapnya malam. Ia kemudian menutup pintu rumah dan kembali tidur. Dalam tidurnya itupun, ia bermimpi untuk kedua kalinya. Segala sesuatunya tampak jelas kali ini, sesungguhnya sesuatu yang besar memerintahkannya untuk melaksanakan perintah yang sangat penting, "Galilah zamzam". Abdul Muthalib bertanya tanya : "Apakah itu zamzam? "Kemudian untuk kedua kalinya perintah itu mengatakan bahwa ia diperintahkan untuk menggali zamzam. Abdul Muthalib bangkit dari peraduannya, lalu ia membuka pintu rumah dan pergi ke gurun yang luas. Apakah arti zamzam ? Tiba-tiba pikirannya dipenuhi dengan cahaya yang datang dari jauh, bahwa pasti zamzam adalah sebuah sumur, tetapi apa nilai dari sumur zamzam itu, Bukankah di sana terdapat banyak sumur yang yang lain. Abdul Muthalib duduk di tengah gurun pasir pada pertengahan malam, ia merenungkan cerita kuno yang mengatakan tentang sumur yang memancarkan air, akibat dari pukulan kaki Nabi Ismail as. Matahari terbit di atas gurun jazirah Arab, Abdul Muthalib keluar menemui orang-orang, dan menceritakan kepada mereka bahwa ia akan menggali zamzam, untuk menunjuk tempat tersebut ia diberitahu oleh suara yang ada dalam mimpinya. Orang-orang Quraisy menolaknya, karena tempat yang diisyaratkan oleh Abdul Muthalib terletak diantara dua berhala yang biasa disembah oleh masyarakat setempat, yaitu berhala Ash dan Nailah. Abdul Muthalib merasa bahwa usahanya sia-sia untuk meyakinkan kaumnya agar mengizinkannya untuk menggali sumur. Mereka mengetahui bahwa Abdul Muthalib tidak mempunyai apa-apa, selain hanya seorang anak laki-laki. Pada saat itu di kawasan Arab dipenuhi dengan kabilah-kabilah yang terjalin suatu ikatan kesukuan yang kuat dan usaha untuk melindungi keluarga yang sangat menonjol. Akhirnya Abdul Muthalib pergi dalam keadaan sedih, lalu ia berdiri di hadapan Ka’bah dan mengungkapkan suatu nazar kepada Allah Swt. Ia berkata: "Jika aku dikaruniai sepuluh anak laki-laki, dan setelah mereka dewasa dan mampu melindungiku saat aku menggali zamzam, maka aku akan menyembelih salah seorang dari mereka di sisi Ka'bah sebagai bentuk korban". Pintu langit terbuka untuk doanya Abdul Muthalib. Belum genap satu tahun, istrinya melahirkan anaknya yang kedua dan setiap tahun ia melahirkan anak laki-laki sampai pada tahun yang kesembilan, sehingga Abdul Muthalib mempunyai sepuluh anak laki-laki. Kemudian berlalulah zaman dan anak-anak Abdul Muthalib menjadi besar. Abdul Muthalib akhirnya menjadi seorang yang memiliki kemampuan, dan ia berusaha melakukan rencananya yang diisyaratkan dalam mimpi itu, sambil bersiap-siap untuk mengorbankan salah satu anaknya sebagai bentuk pelaksanaan dari nazarnya. Maka dilakukanlah undian atas sepuluh anaknya, lalu keluarlah nama anaknya yang paling kecil yaitu Abdullah. Ketika nama anak itu keluar dalam undian, maka orang orang yang ada disekitarnya berusaha memberontak, mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Abdullah disembelih. Abdullah saat itu terkenal sebagai seorang yang bersih, ia telah menarik simpati masyarakat di sekitarnya. Ia tidak pernah menyakiti seorangpun. Senyuman khas Abdullah terkenal sebagai senyuman yang paling lembut di kawasan jazirah Arab. Muatan ruhaninya demikian jernih, dan hatinya yang mulia menyerupai sebuah kebun di tengah gurun yang keras, oleh karena itu semua manusia datang kepadanya dan menentang usaha penyembelihannya. Para pembesar Quraisy berkata, "Lebih baik kami menyembelih anak-anak kami daripada ia harus disembelih, dan menjadikan anak-anak kami sebagai tebusan baginya. Kami tidak akan menemukan seorangpun yang lebih baik dari dia. Pertimbangkanlah kembali masalah itu, dan biarkan kami bertanya kepada Kahin ( Peramal-dukun). Abdul Muthalib tidak mampu menghadapi tekanan ini, lalu ia mempertimbangkan kembali apa yang telah ditetapkannya. Kemudian mereka mendatangi seorang Kahin. "Berapa taruhan yang kalian miliki? Bertanya Kahin, Mereka menjawab: "Sepuluh ekor unta.". "Datangkanlah sepuluh unta, lalu lakukanlah kembali undian atasnya dan atas nama Abdullah, jika undian datang padanya maka tambahlah sepuluh ekor unta lagi, lalu ulangilah terus undian tersebut, hingga tidak keluar lagi nama Abdullah", perintah Kahin kepada mereka. Kemudian dilakukanlah undian atas nama Abdullah dan atas sepuluh ekor unta yang besar. Undian itu pun mengeluarkan terus nama Abdullah, hingga Abdul Muthalib menambah sepuluh ekor unta lagi, tetapi nama Abdullah keluar lagi, sehingga mereka menambah sepuluh ekor unta, sampai jumlah unta itu mencapai seratus ekor. Setelah itu, keluarlah nama unta tersebut. Maka saat itu, masyarakat demikian gembira, sampai berlinangan air mata, karena melihat Abdullah berhasil diselamatkan. Kemudian disembelihlah seratus ekor unta di sisi Ka'bah, sebagai ganti dari Abdullah. Setelah itu, Abdul Muthalib berniat menikahkan Abdullah dengan gadis terbaik dijazirah Arab. Pada suatu hari Abdul Mutholib keluar dengan Abdullah ke rumah Wahab, di sana ia meminang untuk anaknya Aminah binti Wahab. Kemudian Aminah binti Wahab menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pemuda yang paling mulia dan paling dicintai oleh orang-orang Quraisy. Dinyalakanlah api-api di gunung-gunung, agar para musafir dan para tamu mengetahui tempat diadakannya acara pernikahan antara Abdullah dan Aminah. Abdullah tinggal bersama istrinya dua bulan, hingga suatu hari ada kabar bahwa kafilah akan berangkat, lalu Abdullah pun mengikuti kafilah tersebut dan melakukan perjalanan dagang menuju Syam. Wajah Abdullah tampak berseri, ia mengucapkan selamat tinggal kepada Aminah. Setelah itu bayang-bayang wajahnya tersembunyi bersama kafilah dan mereka pun hilang. Aminah tidak mengetahui bahwa itu adalah kesempatan terakhirnya melihat suami tercinta, setelah dua bulan dari perkawinannya. Abdullah mengunjungi paman-pamannya dari kabilah bani Najar di Madinah, dan di sana ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, Abdullah, seorang pemuda yang sangat disayangi masyarakat dan keluarga karena kesholehannya meninggal dunia. Saat itu Abdullah berusia dua puluh lima tahun. Kabar kematiannya tiba-tiba tersebar dan sangat memilukan hati orang-orang yang mendengarnya, dan sampailah kabar tersebut kepada istrinya. Aminah menangis tersedu-sedu dan ia sempat menyampaikan pertanyaan pada dirinya dan tidak mengetahui jawabannya, mengapa Allah Swt menebusnya dengan seratus unta jika kemudian Dia menetapkan kematian baginya. Tidak lama kemudian, bergeraklah dirahimnya janin dengan gerakan yang amat lembut, ia mulai mengetahui bahwa ia sedang hamil. Aminah menangis dua kali, pertama ia menangis untuk dirinya sendiri dan kali ini ia menangis untuk anak yang ditinggal mati ayahnya sebelum ia sempat dilahirkan. Aminah tidak pernah membayangkan bahwa janin yang dikandungnya akan menjadi anak yatim. Inilah anak kecil yang sebelum dilahirkan telah menelan kesedihan yang berat. Dan berlalulah hari demi hari, tangisan penderitaan dan mata air Aminah telah mengering, namun kesedihannya menyerupai sebuah pohon yang tumbuh bersama kehausan. Tetapi kesedihannya itu mulai berkurang, ketika janin yang ada dalam kandungannya tidaklah memberatkan. Sementara itu pada saat mendekati hari kelahiran janin yang mulia ini, pasukan Abrahah mulai mendekati Mekah. Hal ini dikarenakan saat Abrahah membangun gereja dengan bangunan yang menakjubkan dengan niat agar orang-orang Arab berpaling dari Baitul Haram di Mekah. Ia melihat orang-orang Yaman begitu tertarik dengan gereja tersebut, tetapi ketika ia melihat orang Arab tidak tertarik terhadap gereja yang dibangunnya, maka ia berkeinginan untuk menghancurkan Ka'bah, sehingga mereka tidak lagi menuju ke Ka'bah, melainkan ke gerejanya. Akhirnya ia menyiapkan pasukan yang besar dengan persenjataan yang lengkap. Pasukan Abrahah terdiri dari kelompok gajah yang besar yang digunakannya untuk menghancurkan Ka'bah. Orang-orang Arab pun mendengar rencana tersebut. Memang orang-orang Arab saat itu terkenal sebagai penyembah berhala, meskipun demikian mereka sangat hormat terhadap Ka'bah, karena mereka meyakini bahwa mereka adalah anak-anak Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as pemelihara Ka'bah. Kedatangan pasukan tiba-tiba dihadang oleh seorang lelaki Yaman yang bernama Dunaher. Ia mengajak kaumnya dan dari orang-orang Arab untuk memerangi Abrahah, tetapi pasukan yang sedikit itu dapat dengan mudah dipatahkan oleh pasukan kafir yang besar itu. Kemudian Dunaher pun kalah dan menjadi tawanan Abrahah. Pasukan Abrahah tersebut juga sempat ditentang oleh Nufail bin Hubaid al-Aslami, namun Abrahah pun dapat mengalahkan mereka dan berhasil menawan Nufail. Ketika Abrahah berada di antara Taif dan Mekah, di sana ia merampas banyak harta dari kaum Quraisy, dan di antara yang dirampasnya adalah dua ratus unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim. Saat itu Abdul Muthalib adalah salah seorang pembesar Quraisy. Kedatangan utusan Abrahah di Mekah telah menimbulkan gejolak pada kabilah-kabilah. Akhirnya kaum Quraisy bergerak, begitu juga kaum Khananah. Tetapi mereka mengetahui bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk melawan Abrahah, sehingga mereka membiarkannya, lalu tersebarlah di jazirah Arab berita tentang datangnya pasukan yang kuat. Dalam surat yang dibawa oleh utusannya itu, Abrahah menyampaikan bahwa ia tidak datang untuk memerangi mereka, namun ia datang hanya untuk menghancurkan Ka'bah, jika mereka tidak menentangnya, maka darah mereka tidak akan ditumpahkan. Lalu utusan itu menemui Abdul Muthalib, ia menceritakan tentang keinginan Abrahah. Abdul Muthalib berkata: "Kami tidak ingin memeranginya karena kami tidak memiliki kekuatan. Ka'bah adalah rumah Allah Swt yang mulia dan suci. Jika Ia mencegahnya maka itu adalah rumah-Nya, namun jika Ia membiarkannya, maka demi Allah kami tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankannya". Kemudian utusan itu pergi bersama Abdul Muthalib menuju Abrahah. Abdul Muthalib memiliki kewibawaan dan kehormatan yang mengagumkan. Ketika Abrahah melihatnya, ia memberikan penghormatan dengan memuliakan dan mendudukannya di atas sebuah permadani di sisinya. Kemudian ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya apa kebutuhannya?" Abdul Muthalib berkata: "Kebutuhanku adalah agar Abrahah mengembalikan dua ratus ekor unta yang diambilnya dariku". Ketika Abdul Muthalib mengatakan demikian, wajah Abrahah berubah, lalu ia berkata kepada penerjemahnya: "katakan padanya sungguh aku merasa kagum ketika melihatnya, kemudian aku merasakan kehati-hatian saat berbicara dengannya, terus apakah dia (Abdul Mutholib) berbicara denganku tentang dua ratus ekor unta yang telah aku ambil, lalu dia (Abdul Mutholib) membiarkan rumah yang merupakan simbol agamanya yang akan kuhancurkan dan dia tidak mempermasalahkannya sama sekali". Abdul Muthalib menjawab: "Aku adalah pemilik unta, sedangkan pemilik rumah itu adalah Tuhan yang akan melindunginya". Abrahah berkata : "Dia tidak akan mampu melindunginya dariku". Abdul Muthalib menjawab: "Lihat saja nanti". Selesailah dialog antara Abdul Muthalib dan Abrahah. Abrahah pun mengembalikan unta yang telah dirampasnya. Abdul Muthalib pergi menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan apa yang dialaminya, dan ia memerintahkan mereka untuk meninggalkan Mekah dan berlindung dibalik gua dan gunung, termasuk Aminah binti Wahab. Akhirnya kota Mekah dikosongkan oleh pemiliknya, kemudian Malaikat turun di bumi jazirah Arab. Abdul Muthalib berdiri dan memegangi pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok orang Quraisy. Abdul Mutholib berdoa dan meminta perlindungan-Nya. Para malaikat memerintahkan pasukan gajah agar tidak melangkahkan kakinya sehingga gajah itu tetap di tempatnya. Abrahah bertanya : "Mengapa pasukan tidak bergerak?" Kemudian dikatakan kepadanya bahwa gajah-gajah menolak untuk bergerak. Abrahah mengangkat cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan gajah-gajahnya. Abrahah mengangkat pandangannya ke arah langit. Mula-mula ia mengira bahwa ia melihat sekawanan awan yang hitam. Kemudian ia mengamati awan tersebut, yang ternyata bukan awan biasa, melainkan sekelompok burung yang menutupi cahaya matahari yang menyerupai awan tebal. Mereka adalah burung Ababil yang berjumlah banyak. Pasukan gajah berteriak ketakutan. Abrahah berteriak di tengah-tengah pasukannya agar pasukan gajah diusahakan untuk maju secara paksa. Pada saat itu terbukalah salah satu jendela dari jendela al-jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan batu dari Siffil, yaitu batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi Luth. Para tentara Abrahah kembali dalam keadaan binasa di mana daging-daging dan tubuh mereka berceceran dijalan. Abrahahpun mendapatkan luka dan terbelah dadanya hingga mati. Kemudian jasad para pasukannya tersebar dan berceceran di bumi, seperti tanaman yang dimakan oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad, turunlah satu surah di Mekah yang menceritakan tentang peristiwa itu :"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan "ada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat”). (QS. al-Fiil: 1-5)Pasukan gajah yang ingin memporak-porandakan Mekah dikalahkan. Kemudian mereka dihancurkan dan Allah pemilik Kakbah melindungi rumah suci-Nya. Allah Swt sebagai Pelindung Ka'bah memeliharanya, karena adanya hikmah yang tinggi; Allah Swt melindungi Ka’bah agar tempat itu menjadi tempat yang damai bagi manusia dan supaya tempat itu menjadi pusat dari akidah yang baru dan menjadi tanah bebas yang aman dan makmur. Di tengah-tengah kegembiraan Mekah karena keselamatan penghuninya dan selamatnya Ka'bah, Aminah binti Wahab bermimpi : di suatu malam ia menyaksikan dirinya berdiri sendirian di tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya suatu cahaya besar yang menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit. Aminah tiba-tiba terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari mimpinya. Berlalulah hari demi hari dari tahun gajah. Dan pada waktu sahur pada malam senin hari kedua belas bulan Rabiul Awal, Aminah melahirkan seorang anak lelaki, putra dari Abdillah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim AS. Sebelum ia dilahirkan, dunia mati karena kehausan akan cinta, rahmat, dan keadilan. Ketika jantung dunia telah terkena kekeringan maka memancarlah dari timur mata air keimanan yang jernih yang menjadi puas dengannya separo dunia. Dan mukjizat besar terjadi ketika mata air ini mengeluarkan air yang jernih dari jantung gurun yang paling tandus di dunia, yaitu gurun jazirah Arab. Anak kecil inilah yang kemudian bertanggungjawab untuk memberikan minum kepada dunia yang haus akan cinta dan keadilan. Anak ini merupakan manusia pilihan terbaik dari keluarga Bani Hasyim dan merupakan yang termuda dari keluarga ayah bundanya. Sebagaimana diketahui, Bani Hasyim adalah silsilah keturunan Adnan, bapak semua orang Arab yang berasal dari keturunan Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim as. Al-Baihaqiy mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Fatimah AtsTsaqafiyyah yang menyaksikan sendiri detik-detik kelahiran Muhammad Saw. Ia mengatakan: "Aku hadir dan menyaksikan sendiri kelahiran Muhammad Saw. Ketika itu ,aku melihat cahaya terang menyinari seisi rumah tempat beliau dilahirkan. Selain itu aku pun melihat beberapa buah bintang bersinar turun mendekat hingga aku merasa seolah-olah bintang-bintang itu hendak menjatuhi diriku. Pada malam kelahiran bayi tersebut, tampak berbagai tanda-tanda luar biasa. Bumi goncang dilanda gempa hingga berhala-hala yang terpancang di sekitar Kakbah jatuh bergelimpangan. Beberapa buah gereja dan biara runtuh serta balairung istana Kisra di Persia retak dan roboh, disusul oleh padamnya api sesembahan orang Majusi di Persia. Dengan padamnya api sesembahan itu, mereka cemas dan khawatir, semuanya menduga bahwa ini adalah tanda yang menunjukkan telah terjadinya peristiwa besar di dunia. Peristiwa itu tidak lain, adalah kelahiran Muhammad Saw, Di Mekah Al Musyarofah. Beberapa saat setelah beliau Saw lahir, bundanya segera mengutus seseorang menemui Abdul Muththalib, untuk menyampaikan berita gembira tentang kelahiran cucu yang telah lama dinantikan. Abdul Muththalib cepat-cepat datang dan menimang-nimang cucunya dengan bangga dan bahagia. Pada saat itulah ia memperoleh ilham dari Allah Swt supaya menamainya "Muhammad", sebagaimana yang terdapat di dalam Taurat dan Injil. Pada masa itu tidak ada orang Arab yang bernama Muhammad selain tiga orang. Nama tersebut diberikan oleh ayah ayah mereka berdasarkan pendengaran mereka bahwa beberapa orang ahli nujum mencanangkan akan datangnya seorang Nabi di Hijaz bernama Muhammad. Kemudian mereka bernazar bila mendapat anak lelaki akan dinamai "Muhammad". Tiga orang yang masing-masing bernama "Muhammad" itu ialah, Muhammad bin Sufyan At-Taimiy, Muhammad bin Bilal-Ausiy dan Muhammad bin Hamran al-Jahfiy. (RDK Dari berbagai sumber)
posted by ikoen @ 8:39 AM   0 comments
Keistimewaan Rasulullah S.A.W.
(Disarikan Dari Kitab Unmudzul Labib Fi Hosoisil Habib Susunan Imam jalaludin Assuyuthi)Pasal I menerangkan kekususan kepribadian Rasulullah Saw di dunia. Rasulullah Saw adalah manusia pertama yang dijadikan Nabi sewaktu Adam as masih berada diantara air dan tanah. Rasulullah Saw adalah makhluk yang pertama kali menjawab pertanyaan Allah, “Bukankah Aku (Allah) ini Tuhanmu ? Nabi menjawab” Ya Engkau (Allah) Tuhanku. Allah menciptakan Adam as dan semua makhluk karena Nabi Muhammad Saw. Nama Muhammad Saw ditulis di Arsy, dan para malaikat selalu menyebutnya. Nama Muhammad Saw juga selalu dikumandangkan dalam adzan dan juga sudah tertulis di dalam kitab para Nabi terdahulu. Sewaktu Nabi lahir, setan dihalangi untuk menerobos kelangit. Rasulullah Saw mempunyai 1000 nama, dan diberi nama dari nama-nama Allah. Misalnya Rouf dan Rohim sebagaimana disebut dalam Al-Quran sebagai seorang Rasul yang RoufurRohim (akhir surat AT-Taubat). Malaikat selalu memuji dan memayunginya selama dalam perjalanan. Nabi Saw diberi keindahan rupa yang sempurna sedangkan Nabi Yusuf hanya setengahnya. Nabi diperlihatkan wujud Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya. Para dukun ramal (juru bedek) pada saat Nabi lahir terhalang mendengarkan kabar dari langit dan langit terjaga dari pendengaran jin dan setan. Di hidupkan kembali kedua orang tua Nabi sehingga iman kepadanya. Nabi di Isro’ Mi’rojkan hingga menerobos langit ketujuh sehingga beliau ada di Arsy tinggal dua lengan tangan atau lebih dekat lagi. Beliau Nabi menginjakkan kakinya pada tempat yang tak pernah diinjak oleh para Nabi yang lain. Para Nabi yang sudah wafat dihidupkan kembali untuk sholat jamaah bersama dengan beliau Saw, begitu juga para malaikat. Nabi dilihatkan surga dan neraka dan dilihatkan tanda-tanda kebesaran Allah dan melihat Allah dua kali. Dalam perang Uhud, para malaikat ikut berperang bersamanya. Mukjizat Nabi berupa Al-Kitab (Al-Quran) padahal beliau tidak bisa membaca dan menulis. Kitab Al Qur’an diturunkan dengan cara bertahap (munajjaman) Al-Kitab diturunkan dengan tujuh huruf (tuju bacaan) satu huruf bila dibaca akan dibalas dengan sepuluh kebaikan dan mukjizat ini akan kekal sampai hari kiamat, sedangkan mukjizat para Nabi yang lain putus dengan wafatnya Nabi tersebut. Rasulullah Saw diberi kelebihan yang tidak diberikan kepada Nabi yang lain, misalnya: bisa membelah rembulan, batu-batuan membacakan salam kepadanya dan kurma selalu merunduk serta keluarnya air yang deras dari sela-sela jari Nabi. Nabi Musa diberi mukjizat oleh Allah berupa perilaku, Nabi Isa di beri mukjizat dengan sifat, sedangkan Nabi Muhammad di beri mukjizat kedua-duanya. Tetumbuhan menyaksikan kenabiannya dan menerima dakwahnya. Dan Nabi sebagai akhir para Nabi, tiada Nabi sesudahnya. Syariatnya (tuntunan) akan kekal sampai hari kiamat, tidak akan diganti. Beliau Rasulullah Saw di utus sebagai Rahmat bagi segenap makhluk, mulai dari manusia, jin, binatang, tanaman dan benda-benda mati seperti bebatuan. Beliau Saw adalah rahmat bagi alam semesta. Nama beliau Saw selalu mendampingi nama Allah Swt. Dalam Al-Quran, Allah tidak memanggilnya dengan nama Muhammad ,melainkan disebut dengan, wahai Nabi atau wahai Rosul. Haram bagi umatnya memanggil baginda Nabi Muhammad Saw hanya dengan nama Muhammad. Beliau dikuatkan dengan empat pendamping; malaikat Jibril, malaikat Mikail, Abu Bakar dan Umar. Istri-istri Nabi selalu membantu beliau, istri-istri Nabi merupakan istri yang paling utama di dunia dan haram menikahinya setelah wafatnya Nabi. Haram membuat nama kinayah dengan kinayah Nabi. Keistimewaan Nabi disebut oleh Allah dengan sebutan Abdullah, sedangkan Allah tidak pernah menyebut Abdullah pada seseorang selain beliau. Tidak ditemukan di dalam Al-Quran atau lainnya bacaan shalawat dari Allah untuk selain beliau Nabi Muhammad Saw. Pasal II Keistimewaan syariat Nabi Muhammad Saw dan umatnya. Ghonimah (hasil peperangan) di halalkan bagi Nabi Muhammad Saw sedangkan Nabi sebelumnya di haramkan. Setiap tanah yang suci bisa dijadikannya sebagi tempat sujud (Masjid), sedangkan umat sebelumnya bila sujud (shalat) hanya di tempat-tempat peribadatannya saja. Debu boleh buat bersuci (tayamum) untuk umat Rasulullah Saw sedangkan para Nabi sebelum beliau Saw boleh bertayamum tetapi umatnya tidak diperbolehkan. Umat Muhammad Saw mengerjakan shalat lima waktu dan dijadikan shalat itu sebagai kafarat (melebur dosa-dosa kecil) sedangkan umat sebelumnya hanya mengerjakan beberapa sholat saja seperti dzuhur atau ashar saja, bahkan tidak ada satupun yang menjalani shalat isya. Umat beliau Saw dihormati dengan ucapan salam dari malaikat dan semua penghuni surga. Hari jum’at dijadikan sebagai hari raya (besar) bagi Nabi Saw dan umatnya, sekaligus pada hari itu setiap do’a akan dikabulkan oleh Allah Swt. Bau tak sedap , yang keluar dari mulut orang yang berpuasa(dari ummat Nabi Muhammad SAW) lebih harum daripada harumnya minyak misik bagi Allah ,dan malaikat memohonkan ampun untuk mereka yang puasa. Allah akan melebur dosa selama dua tahun bagi umat beliau Saw yang berpuasa pada hari Arofah (9 dzulhijjah) karena itu sunah dari Rasulullah Saw sedangkan Allah melebur dosa bagi yang berpuasa pada hari Asyuro (10 Muharram) hanya satu tahun karena puasa hari itu sebagai sunah Nabi Musa as. Umat Rasulullah Saw adalah sebaik-baiknya umat yang dikasih dua nama yang di ambil dari nama Allah Al Muslimin dan Al Mukminun dan agamanya diberi nama agama Islam. Sifat Al Muslimin dan Al Mukminun tidak diberikan kepada umat sebelum Nabi. Diterangkan dalam hadits ada dua bangkai dan ada dua darah yang dihalalkan untuk umat Muhammad Saw; bangkainya ikan dan bangkai belalang, darah yang halal adalah hati dan limpa yang di perbolehkan untuk umatnya. Diperbolehkan mempunyai empat istri dengan syarat yang ada dalam Al Qur’an dan boleh mencerai sampai tiga kali. Diriwayatkan bahwa Nabi Adam berkata : “Umat Nabi Muhammad Saw diberi kemuliaan oleh Allah empat kemulyaan dan aku (Adam) tidak diberi sama sekali. Yang pertama Allah menerima taubatku di Mekkah sedangkan umat Muhammad Saw bertaubat boleh disegala tempat, diambilnya pakaianku sewaktu aku berdosa, umat Muhammad Saw sewaktu berdosa tidak di ambil pakaiannya, aku dipisahkan dengan istriku (Hawa) dan dikeluarkan dari surga. Umat Bani Israil bila berbuat salah mereka di haramkan makan-makanan yang bagus di tulis kesalahannya itu di muka pintu rumahnya. Allah Ta’ala membangkitkan setiap seratus tahun kepada seseorang yang memperbaharui hal-hal agama sampai seratus tahun akhir dari masa Nabi Isa Al Masih. Diantara umat Nabi ada yang disebut dengan nama Aqthob Autad Nujaba dan diantara umat Nabi ada yang menjadi imam sholat dengan Nabi Isa a.s. Pangkat para ulama umat Nabi Muhammad Saw seperti pangkatnya para Nabi Bani Israil. Malaikat di langit mendengarkan seruan mereka, dan para ulama mereka itu adalah orang yang selalu memuja Allah pada setiap saat selalu mengagungkan nama Allah (membaca takbir), sewaktu naik gunung selalu membaca tasbih, sewaktu turun gunung mereka berkata “aku mengerjakan sesuatu atas kehendak Allah bila mereka marah cepat-cepat membaca tahlil, bila mereka berselisih selalu membaca tasbih, dan bila mereka ingin mengerjakan sesuatu selalu shalat istihoroh, dan bila naik kendaraan selalu memuji Allah, bertahmid. Umat Nabi Muhammad Saw di panggil dengan sebutan” Hai orang-orang yang beriman, sedangkan umat sebelumnya di panggil dengan nama” Hai orang-orang miskin, sangat jauh perbedaan nama ini. Nama Ahlul qiblah hanya digunakan untuk umat Nabi Muhammad Saw.Pasal III Keistimewaan Beliau Nabi Muhammad Saw di alam akhirat.Nabi Muhammad Saw adalah mahkluk yang pertama kali bangkit dari bumi dan selamat dari kekalutan hari kiamat. Beliau di iring ke mahsyar bersama tujuh puluh ribu malaikat dan naik buroq di mauqif (tempat orang yang menunggu sya’faat). Beliau Saw dipanggil namanya dan diberi pakaian paling indah dari surga. Beliau berdiri disebelah kanan Arsy dan ditempatkan ditempat yang terpuji. Ditangannya ada bendera kenabian dan para Nabi yang lain bernaung di bawah bendera tersebut. Di Mahsyar Nabi Muhammad Saw dijadikan oleh Allah sebagai imamnya para Nabi , dan Nabi yang pertama kali sujud dihadapan Allah dan yang pertama kali mengangkat kepalanya dari sujud. Pertama kali yang memandang Dzat Allah,dan yang pertama kali memberi syafaat dan diterima syafaatnya. Nabi Saw diberi oleh Allah syafaat yang bisa membuat umatnya masuk surga tanpa hisab, dan diberi syafa’at untuk orang yang mestinya masuk neraka, tidak jadi masuk neraka, juga diberi syafaat untuk anak-anaknya orang musyrikin, supaya tidak disiksa. Begitu juga baginda Nabi Muhammad Saw mohon kepada Allah untuk tidak dimasukkan satu pun dari keluarganya di neraka dan Allah mengabulkannya. Besok hari kiamat semua umatnya di nasafkan oleh baginda Nabi Muhammad Saw. Dan para penghuni surga tidak membaca kecuali membaca Al-Quran tidak berbicara kecuali pakai bahasa Al-Quran (Arab). Diterangkan dalam hadits” Aku (Nabi) pertama kali orang yang membuka pintu surga lalu berdirilah penjaga surga (Malaikat Ridwan) siapa kamu? Aku jawab” Aku adalah Muhammad, lalu penjaga itu berkata” aku (penjaga) berdiri dan aku bukakan untukmu wahai Nabi. Aku tak pernah berdiri kepada seorang pun sebelum engkau dan aku tidak akan berdiri kepada seseorang setelah engkau. Untuk lebih Jelasnya baca kitab (Unmudzul Labib Fi Hosoisil Habib) Karangan Imam jalaludin Assuyuthi
posted by ikoen @ 8:38 AM   0 comments
Menggapai Surga Dengan Rahmat Allah

Di zaman Bani Israil, ada cerita tentang seseorang yang sejak kecil hingga akhir hidupnya, selalu dipenuhi dengan ibadah, waktunya tidak ada yang terbuang percuma, ia berkhalwat menjauhkan diri dari keramaian dunia semata mata untuk beribadah, maka bisa dibayangkan betapa banyak pahala yang dia peroleh. Ketika dia wafat, Allahpun memasukkannya ke Surga dengan rahmat-Nya. Setelah si Fulan ini tahu bahwa ia masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah semata, diapun “protes” kepada Allah. “Ya Allah, mengapa saya masuk surga karena rahmat-Mu, kenapa bukan karena amal saya. Bukankah saya telah menghabiskan umur hanya untuk beribadah dan seharusnya saya masuk surga karena pahala-pahala yang saya peroleh dari amal-amal saya ? Allah berfirman, “Rupanya kamu tidak puas dengan apa yang telah Aku berikan kepadamu ? Baiklah, sekarang Aku akan hitung amal-amal ibadah yang telah kamu lakukan. Memang pahala yang kamu peroleh sangat besar bahkan lebih besar dari gunung, tetapi ada beberapa kewajiban yang belum kamu laksanakan diantaranya mensyukuri segala nikmat-nikmat-Ku. Pertama mulai kuhitung dari mata. Bukankah dengan rahmat-Ku berupa mata kamu bisa melihat dan membaca sehingga kamu memperoleh ilmu yang bisa kamu gunakan untuk ibadah. Dengan mata pula kamu bisa melihat-lihat kebesaran-Ku sehingga kamu memuji-Ku yang menyebabkan kamu mendapat limpahan pahala dari-Ku. Sekarang seberapa syukurmu atas nikmat-Ku yang berupa mata tadi. Bukankah pahala ibadahmu yang melebihi gunung tadi belum sebanding dengan nikmat yang Kuberikan ?,meski itu baru ditimbang hanya dengan nikmat mata saja ?, belum yang lain. Jika tumpuanmu ke surga-Ku adalah hanya amalmu, bukankah neraka lebih pantas menjadi tempatmu ? Orang itu kemudian memohon ampun kepada Allah seraya mengakui bahwa dia masuk surga hakekatnya adalah karena rahmat Allah Swt. semata, walaupun secara syariat adalah karena amal ibadah yang dilakukan dan dosa-dosa yang ditingalkan. Sebagaimana sabda Rasulallah Saw, dari Abi Hurairoh Ra berkata, Rasulallah Saw bersada, “Saling mendekatlah kalian kepada Allah Swt dan berjalanlah dengan lurus dan ketahuilah bahwa tidak ada seorangpun diantara kamu sekalian yang selamat karena amalnya. Para sahabat bertanya “Tidak juga tuan, ya Rasulallah ? Rasululah Saw. menjawab, “Tidak juga saya, kecuali jika Allah Swt melimpahkan rahmat dan karunianya”. (HR. Muslim) Alhamdulillahi Rabbil Alamin adalah sebuah kata pujian yang memang pada hakikatnya hanya pantas untuk Allah semata. Walapun secara syariat pujian itu terbagi menjadi empat bagian : 1- Allah memuji dzatnya sendiri seperti Subhanallah, Maha suci Allah. Karena memang Allahlah Dzat yang Maha Suci, sehingga Dia punya hak untuk dipuji dan memuji Dzatnya sendiri. 2- Pujian Allah kepada mahkluk seperti Allah memuji Rasulallah Saw. pada hakikatnya tetap Allah yang memiliki pujian tersebut karena Allahlah yang menciptakan dan menjadikan Rasulallah Saw. pantas dipuji. 3- Pujian Makhluk Kepada Allah, seperti seseorang yang mengucapkan Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Karena memang semuanya selain Allah pada hakekatnya adalah kecil. 4- Pujian Mahkluk kepada makhluk lainnya. Seperti kita memuji teman yang rajin beribadah, dan berahlaqul karimah, pada hakekatnya kita memuji Allah, karena dia beribadah dan berakhalaqul karimah adalah karena rahmat Allah semata. Oleh sebab itu sangatlah pantas apabila dalam mencari kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akherat tidak semata bergantung pada amal ibadah yang dilakukan melainkan bergantung pada rahmat Allah. Keterangan ini bukan bermaksud membuat seseorang pesimis atas amal-amalnya sehingga malas melakukan ibadah, akan tetapi justru mengajak manusia agar sadar bahwa sesungguhnya di dalam beramal haruslah ridlo dan ikhlas dengan mengharap rahmat Allah. Karena Ridlo dari Allah adalah segala-galanya. Semoga bermanfa’at amin (H. Jakfar Al Musawa)
posted by ikoen @ 8:37 AM   1 comments
MENCINTAI ORANG YANG DICINTAI ALLAH SWT

Mencintai Allah Swt dan Rasulullah Saw adalah sesuatu yang wajib, begitu pula mencintai orang yang sholeh, orang yang dekat pada Allah Swt, orang yang menghabiskan hidupnya untuk berjuang dijalan Allah, berdzikir menyebut keagungan dan kemulyaan Allah dan orang orang yang menapaki jejak Rasulullah, kecintaan kepada mereka akan mendatangkan manfa’at yang amat besar, terlebih lagi manakala kecintaan itu diwujudkan dengan mengikuti petuah mereka, serta diikuti dengan berkhidmah, mengabdikan diri dengan ikhlas tanpa pamrih untuk melayani dan meringankan kebutuhan mereka, pada saatnya semua itu menjadi sebab turunnya keberkahan dari Allah Swt, dan akan mendatangkan kemaslahatan dalam semua urusan, di dunia ini maupun di akherat kelak. Sebuah cerita dalam kitab Syarah Hikam Libni’ Abbad, tentang syeikh Ibnu Atho’illah Pengarang AL HIKAM, kitab yang berisi mutiara mutiara kata yang menyentuh keimanan dan meneguhkan keyakinan, yang menjadi rujukan orang orang Saleh sejak zaman dulu hingga kini, dimana dikisahkan, Ibnu Atho’illah mengunjungi Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy Ra, seorang wali qutub yang agung dan penerus syaikh Abul Hasan asy-Syadyiliy, dan sekaligus bermaksud hendak berguru kepadanya. Sebagai umumnya seorang murid yang penuh kesungguhan untuk menimba ilmu dan berkah dari gurunya, Ibnu Atho”illah ingin mendapatkan perhatian lebih dari gurunya tersebut (Nadhor Sjech), karena dikalangan kaum Sufi diyakini Nadhorus Sjech akan dapat mengkatrol seorang murid, menuju peringkat yang luar biasa. Sebelum Ibnu Athoillah menyampaikan keinginannya, untuk berguru kepada Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy Ra, Waliullah Ibnu Abbas itu sudah terlebih dahulu tahu, maksud hati tamunya, dan beliau berkata : “Kecintaan dan perhatian guru terhadap murid, ditentukan seberapa besar kecintaan dan perhatian murid terhadap gurunya, dan jangan khawatir kamu disini akan menjadi orang yang hebat”. Dalam kesempatan yang lain, pada saat Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy Ra, berkeinginan menulis kitab Tahdzib yang waktu itu hanya dipunyai oleh anaknya saja, tanpa memberitahu pada gurunya Ibnu Athoillah mulai menulisnya. Karena kitab cukup tebal yang terdiri dari tiga jilid, maka setelah mendapat satu jilid Ibnu Athoillah segera bersilaturahmi ke kediaman Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy Ra untuk menyerahkan tulisan tersebut. Dan ternyata sang guru menerimanya dengan rasa bahagia dan mendo’akan Ibnu Athoillah. Hal demikian itu terjadi sampai tiga kali. Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy Ra berkata : “Kamu harus mampu menjadi pemuka dalam ilmu tasawuf, aku tidak terima kalau kamu hanya mengusai ilmu fiqih saja”. Ibnu Athoilah mengakui, berkat bimbingan dan do’a Syeikh Ibnu Abas Al Mursiy Ra, ia mengalami perkembangan spiritual yang luar bisa. Ini adalah salah satu contoh barokahnya berkhidmah dan memperhatikan sang guru. Dan itu adalah pendidikan yang berlaku antara santri dan Kyai. Oleh karenanya sebagai santri atau murid hendaknya merasa mantap dan selalu tawadhu’ lahir dan bathin dihadapan sang guru, berhidmah melayani kebutuhan sang guru. Yang semua itu akan menjadi sebab kebahagiannya di dunia dan akherat. Allah Swt Berfirman dalam surat At Taubah ayat 119 yang artinya : “wahai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan hendaknya kamu bersama-sama orang-orang yang benar/terpercaya”. Rasululah saw bersabda : “Hendaknya kamu bersama Allah, kalau belum mampu maka bersamalah dengan orang yang telah bisa bersama dengan Allah, karena orang ini nantinya akan bisa menyampaikan kamu kepada Allah, jika kamu betul-betul mau bersamanya”. Dalam kitab Iqozhul Himam, (Syarah Al Hikam ) dikatakan : “Mengabdi kepada para masyayikh adalah suatu ibadah yang agung dan suatu derajat yang agung pula. Demikian pula, Syeikh Sayid Abdul warits berkata : “Mengabdi kepada orang-orang yang mulia disisi Allah, bisa menyebabkan wushul atau dekat dan sampai kepada Allah Swt...” Syeikh Hasan Al Bashri ra berkata : “Siapa saja yang bisa diikuti tentang ketaatannya kepada Allah, maka wajiblah dicintai. Dan barang siapa cinta dengan orang sholeh maka berarti senang dengan Allah. Sulthonul Auliya’ abu Yazid Al Busthami menyatakan : “Cintailah para waliyullah, agar mereka mencintaimu, sesungguhnya Allah melihat hati para wali-Nya, mungkin saja Allah melihat namamu di dalam hati wali-Nya yang bisa menyebabkan dosamu diampuni-Nya. Bahkan dalam kitab Fathul Mu’in menyebutkan salah satu dari obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang yang sholeh. Begitu banyaknya dorongan dan ajakan untuk cinta dan berbakti kepada kaum sholihin atau orang-orang yang dekat dengan Allah, karena mencintai dan berhidmah kepada mereka pada hakikatnya adalah, kita mengabdikan diri dan cinta kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw. (Rdk)
almihrab.com
posted by ikoen @ 8:35 AM   0 comments
about me
Arsip sebelumnya-->>
Archives
SABDA NABI SAW
“Dalam diri manusia ada segumpal darah, manakala ia baik, akan baik seluruh tubuhnya, dan bila rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah, (Tidak lain) adalah Qalbu.”
KALAM HIKMAH

"jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. Membenarkanmu"(Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a.)

Links
Datang dan Kunjungi!
Image hosted by servimg.com /